- Tes ini pada umumnya untuk mengukur kepribadian dan kecenderungan atau kecocokan terhadap bidang pekerjaan tertentu sesuai dengan kepribadiannya (dinamis/tidak dinamis, inovatif/kurang inovatif, konsisten/kurang konsisten, stabil, leadership, introvet/ekstrovet, dll);
- Karena tujuan psikotes antara lain menguji ketahanan berpikir, konsentrasi dan konsistensi maka pada umumnya psikotes dilaksanakan lebih dari 6 Jam (terkadang seharian penuh); jadi perlu latihan di http://sukseskerja.com/?hal=tpa
- Biasanya dipakai untuk seleksi pegawai (tidak untuk beasiswa atau masuk pasca sarjana) dan untuk promosi jabatan yang membutuhkan kualifikasi tertentu; 3.Soal / materi berupa mengarang, menggambar, menghitung (essai) dan peserta tes aktif mengerjakan gambar (menghubungkan beberapa titik), menghitung dan menjumlah dari atas ke bawah dan Sebaliknya (kreplin); sistim dikoreksi hasil tes dikerjakan secara manual tanpa computer dan membutuhkan waktu cukup lama sehingga psikotes biasanya dipakai dalam seleksi pada tahap akhir sebelum tahap wawancara dan tes kesehatan (dimana peserta tinggal 10% dari jumlah pelamar keseluruhan);
- Hasil akhir dari psikotes bukan berupa skore seperti halnya TPA, namun berupa rekomendasi dan baiasanya bunyi rekomendasi tersebut dirahasiakan. Kelemahannya tentunya calon peserta bertanya-tanya dimana kekurangan saya sehingga saya tidak diterima/gagal (karena tidak diberitahukan hasilnya kepada peserta).
Kamis, 27 Januari 2011
Psikotest atau Tes Kepribadian
Tes Potensi Akademik atau TPA
TPA atau Tes Potensi Akademik
Latar belakang
Tes Potensi Akademik (TPA) adalah sebuah tes yang bertujuan
untuk mengetahui bakat dan kemampuan seseorang di bidang keilmuan (akademis).
Tes ini juga sering dihubungkan dengan kecerdasan seseorang. Tes Potensi
Akademik ini juga identik dengan tes GRE (Graduate Record Examination) yang
sudah menjadi standar internasional. Tes GRE menjadi standar internasional
syarat penerimaan mahasiswa Perguruan Tinggi. Sekarang Tes Potensi Akademik
(TPA) telah menjadi tes standar penyaringan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS),
rekrutmen karyawan swasta, serta karyawan BUMN. Bahkan kenaikan jabatan
setingkat manajer di berbagai perusahaan juga mempersyaratkan karyawannya
mencapai TPA dengan skor minimum tertentu. Tes Potensi Akademik juga umum
dipakai sebagai tes penerimaan mahasiswa untuk jenjang S2 dan S3. Tes Potensi
Akademik pada umumnya memiliki empat jenis soal, yaitu tes verbal atau bahasa,
tes numerik atau angka, tes logika, dan tes spasial atau gambar. Tes verbal
berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang di bidang kata dan bahasa. Tes ini
meliputi tes sinonim (persamaan kata), tes antonim (lawan kata), tes padanan
hubungan kata, dan tes pengelompokan kata. Tes angka berfungsi mengukur
kemampuan seseorang di bidang angka, dalam rangka berpikir terstruktur dan
logis matematis. Tes ini meliputi tes aritmetik (hitungan), tes seri angka, tes
seri huruf, tes logika angka dan tes angka dalam cerita. Tes logika berfungsi
mengukur kemampuan seseorang dalam penalaran dan pemecahan persoalan secara
logis atau masuk akal. Tes logika ini meliputi tes logika umum, tes analisa
pernyataan dan kesimpulan (silogisme), tes logika cerita dan tes logika
diagram. Sedangkan tes spasial atau tes gambar, berfungsi mengukur daya logika
ruang yang dimiliki seseorang. Tes ini meliputi antara lain tes padanan
hubungan gambar, tes seri gambar, tes pengelompokan gambar, tes bayangan gambar
dan tes identifikasi gambar. Banyak sekali TPA yang hanya dilakukan secara
tertulis dan itu cenderung membosankan, terkadang orang yang mengikuti tes
tersebut segera menginginkan jawaban itu segera muncul untuk mengetahui
kemampuan yang dimilikinya. Selain itu kurangnya keefektifan dalam pengoreksian
jawaban, manajemen penyimpanan nilai dari hasil tes merupakan masalah lain jika
tes potensi akademik di lakukan secara manual. Aplikasi ini dapat di akses oleh
banyak pihak(klien). Dan untuk memudahkan manajemen aplikasi tersebut klien
server adalah sebuah solusinya karena Server bisa melayani beberapa client pada
waktu yang sama, dan meregulasi akses bersama untuk share sumber daya dalam
menjamin konsistensinya. Maka dari hal-hal tersebut dipandang perlu untuk
dibuat aplikasi tes potensi akademik berbasis client server sehingga dapat
mengatasi masalah diatas
SEJARAH
Organisasi penyedia layanan Tes Potensi Akademik (TPA),
berkembang dari waktu ke waktu, sejalan dengan perkembangan penggunaan dan
pengguna alat tes itu sendiri. Sebagai alat tes, TPA pertama kali dikembangkan
bersamaan dengan berdirinya Overseas Training Office(OTO) di Bappenas pada
tahun 1984. Tugas OTO Bappenas pada waktu itu adalah mengelola dan
mengkoordinasikan dana hibah luar negeri untuk peningkatan SDM khususnya PNS
melalui program beasiswa S2 dan S3 luar negeri. Mengingat besarnya calon
peserta dan tuntutan akan adanya kredibilitas untuk memilih calon peserta serta
untuk menjamin keberhasilan penyelesaian studi peserta program yang
diselenggarakan OTO Bappenas, dikembangkan suatu alat seleksi sejenis advanced
level scholastic aptitude test (SAT) yang telah diterapkan secara luas di
Amerika Serikat, dalam bahasa Indonesia. Konsep TPA dirancang mengikuti model
Graduate Record Examination Aptitude Test (GRE) yang telah diterapkan secara luas
di Amerika Serikat. Keputusan ini diambil karena sebagian besar calon mahasiswa
dikirm ke universitas di Amerika Serikat yang menuntut calon lolos saringan
GRE. Disamping itu, penelitian di Amerika Serikat menunjukan angka total GRE
lebih valid dibanding indeks prestasi undergraduate sebagai alat prediksi
keberhasilan dalam pendidikan pascasarjana. Dari pelaksanaan tes pertama
tersebut ternyata mendapat sambutan positif dari departemen dan lembaga non
departemen yang menyatakan bahwa TPA sangat sesuai digunakan sebagai salah satu
alat seleksi bagi calon peserta program S2 dan S3 luar negeri. Dari analisis
item soal-soal TPA menunjukan bahwa validitas dan reliabilitas TPA cukup
tinggi. Untuk menjaga kualitas dan kredibilitas TPA, Koperasi Bappenas secara periodik
bekerjasama dengan konsultan dan lembaga, baik dari dalam maupun luar negeri,
dalam pengembangan TPA. Selain itu, OTO Bappenas juga terus memperbaiki sistem
pendaftaran, pengadaan bahan, pelaksanaan tes, penilaian (skoring), dan
penyampaian hasil kepada peserta. Pada perkembangan selanjutnya, TPA tidak
hanya digunakan sebagai alat seleksi untuk program beasiswa S2 dan S3 luar
negeri saja, namun juga digunakan sebagai alat seleksi penerimaan mahasiswa
program S2 dan S3 oleh sebagian besar perguruan tinggi negeri dan swasta.
Selain itu TPA juga kemudian dipergunakan sebagai alat seleksi penerimaan
pegawai baru dan mutasi/promosi jabatan oleh departemen/lembaga non departemen
di pusat dan daerah, BUMN/BUMD dan perusahaan swasta. Sebagai organisasi penyedia
layanan, OTO Bappenas sebagai penyedia layanan di bawah lembaga pemerintah,
sekarang telah diganti oleh lembaga berbadan hukum independen: Koperasi Pegawai
Bappenas atau disebut juga dengan nama Koperasi Perencanaan. Koperasi
Perencanaan memiliki unit khusus yang melayani permintaan penyelenggaraan TPA
dan tes lain-lainya, yakni: Unit Usaha Otonom Penyelenggaraan Tes (UUO PT).
JENIS-JENIS TES POTENSI AKADEMIK (TPA)
Secara Garis Besar, Latihan Soal TPA Bappenas S2 Dibagi 4
Subtes Yaitu Tes Bahasa (Verbal), Tes Angka (Numerik), Tes Logika, Dan Tes
Gambar (Spasial). Dibawah Ini Penjelasan Pada Masing-Masing Subtes Tes Potensi
Akademik.
Tes Bahasa (Verbal)
Tes Bahasa (Verbal), Pada TPA Subtes Ini Dibagi Menjadi 4
Bidang Bahasa, Yaitu:
- Tes lawan kata (antonim) yaitu peserta tes diminta untuk mencari satu kata yang menjadi lawan kata pada soal yang tersedia
- Tes persamaan kata (sinonim) yaitu peserta tes diminta untuk mencari satu kata yang menjadi persamaan kata pada soal yang tersedia
- Tes pengelompokan kata yaitu peserta diminta untuk mencari satu kata yang tidak termasuk kategori sejenis
- Tes padanan kata yaitu peserta diminta untuk mencari satu kata yang sesuai dengan pasangannya pada soal yang tersedia.
Tes Angka (Numerik)
Tes Angka (Numerik), Pada TPA Subtes Ini Dibagi Menjadi 5
Bidang Numeric, Yaitu:
- Tes angka pada cerita yaitu peserta diminta untuk membaca soal cerita yang tersedia di soal dan menjawab pertanyaan yang sesuai dengan kehendak soal pada kolom jawaban dengan cepat
- Tes logika angka yaitu peserta diminta untuk menalar persamaan angka yang tersedia pada kolom jawaban secara logis
- Tes seri huruf yaitu peserta diminta untuk menjawab huruf selanjutnya yang rumpang pada deret huruf dan biasanya pada bagian ini mempunyai pola tertentu
- Tes deret (serial angka) yaitu peserta diminta untuk menjawab bilangan selanjutnya yang rumpang pada deret angka dan biasanya pada bagian ini deret angka mempunyai pola tertentu juga
- Tes hitungan (aritmatika) yaitu peserta diminta untuk menghitung dengan menambah, membagi, mengali maupun membagi bilangan yang tersedia di soal dan biasanya soal pada bagian ini menjebak hitungan peserta walaupun terlihat mudah.
Tes Logika
Pada TPA Tes Ini Berguna Untuk Menguji Memecahkan Masalah
Dengan Logis Dan Penalaran. Subtes Ini Dibagi Menjadi 4 Bidang Logika, Yaitu:
- Tes logika diagram yaitu peserta diminta untuk menginterpretasikan suatu diagram yang tersedia pada soal dan jawaban biasanya berupa pernyataan yang sesuai pada diagram soal
- Tes logika cerita yaitu peserta diminta untuk membaca suatu cerita yang tersedia di soal dan menjawab soal-soal yang berhubungan dengan cerita pada soal tetapi biasanya pertanyaan dan jawaban pada soal tidak secara langsung terdapat jawabannya pada cerita
- Tes silogisme (analisa sebuah pernyataan dan kesimpulan) yaitu peserta diminta untuk apakah pernyataan dan kesiimpulan yang diambil dalam soal maupun jawaban sudah benar atau belum
- Tes logika umum yaitu peserta diminta untuk menalar suatu pernyataan yang logis dengan cepat
Tes Gambar (Spasial)
Pada TPA Tes Ini Dibagi Menjadi 4 Bidang Spasial, Yaitu:
- Tes padanan gambar yaitu peserta diminta untuk mencocokkan gambar yang sesuai dengan pertanyaan dengan jawaban yang ada
- Tes bayangan gambar yaitu peserta diminta untuk menalar bagaimana suatu gambar akan dicerminkan pada suatu bayangan dan hasil dari bayangan tersebut memberi gambaran seperti pada kolom jawaban yang tersedia
- Tes kelompok gambar yaitu peserta diminta untuk mengelompokkan gambar yang sesuai kondisi atau satu kategori yang sama dengan kategori yang berbeda pada jawaban
- Tes identifikasi gambar yaitu peserta diminta untuk mengidentfikasi gambar apa yang tertera pada soal maupun jawaban yang tersedia.
- TPA juga dapat disebut sebagai Tes Stokastik atau Tes Bakat atau Apttitude Test yaitu suatu tes yang diharapkan dapat mengukur dengan tepat kemampuan dan bakat akademis seseorang yang diperoleh selama seseorang tersebut menempuh pendidikan formal mulai dari SD s.d PT. Oleh sebab itu peserta TPA minimal berpendidikan Diploma III atau sederajad dari berbagai disiplin ilmu;
- TPA ini akan menghasilkan angka/ skor/ nilai yang significan dengan kemampuan seseorang apabila calon peserta tersebut telah menempuh pendidikan perguruan tinggi, cukup berlatih dan memahami aturan main TPA. Semakin banyak berlatih semakin tinggi skore TPA yang diperoleh, sebab bakat akan terlihat dengan banyak latihan;
- Ciri khas dari soal TPA adalah multiple choice dan seandainya ada gambar yang mirip dengan psikotes, maka peserta hanya diwajibkan memilih gambar yang dianggap merupakan jawaban yang tepat (irama gambar) dan bukan aktif menggambar seperti halnya psikotes;
- TPA pada umumnya dipakai untuk seleksi masuk ke pendidikan tinggi lanjutan misalnya dari D.III ke S1 (program ekstension FE UI, FKM UI, Akamigas, STT Telkom, dll) dan masuk Pascasarjana ( MM, Msi, Doktor, Program Spesialis Profesi tertentu, dll);
- Dengan menerbitkan sertifikasi Skor TPA, maka OTO Bappenas saat ini menjadi tolok ukur kualitas akademis seseorang secara nasional sebab TPA OTO Bappenas digunakan hampir di semua program pascasarjana di perguruan tinggi ternama (PTN di Belanda juga mengakuinya untuk menggantikan skor GMAT); Dapatkan Panduan, Soal & Pembahasan TPA & CPNS kunjungi http://sukseskerja.com/?hal=tpa
- Kemampuan akademis diukur dengan skala angka. Untuk Skor TPA-OTO Bappenas Skor TPA berjalan muali 200 (salah semua) s.d 800 (bila benar semua) dan mean/ rata-rata nasional 500;
- Kelebihan TPA dibandingkan alat ukur lain dalam seleksi baik seleksi kerja ataupun seleksi masuk pendidikan tinggi yang multidisiplin (MM, Msi, Doktor) adalah kemampuannya dalam mengukur potensi/ bakat akademis tanpa membedakan latar belakang disiplin ilmu seseorang dan netral terhadap persepsi keliru masyarakat tentang kualitas SDM yang diukur dari asal perguruan tinggi, Asal Fakultas eksakta atau non eksakta, dll. TPA dapat menghilangkan sekat-sekat/ perbedaan-perbedaan tersebut. Sebagai contoh pendapat sebagian masyarakat yang mengatakan bahwa seseorang yang berasal dari teknik mesin ITB pasti lebih pinter dan berbakat dibandingkan dengan sastra UI, atau seseorang lulusan Ekonomi UI pasti lebih bermutu dari FE Universitas Nakulo Sadewo di luar Jawa, atau IPK : 2.5 di UGM setara dengan IPK : 3.5 di Universitas Mulawarman (Unmul) pada jenis fakultas yang sama; atau seseorang yang berasal dari Fakultas Eksakta pasti lebih pinter dibanding Fakultas Sastra dan Humaniora, dll. Persepsi/anggapan salah tersebut dapat dihilangkan dengan TPA yang mana tidak milihat jurusan/ fakultas, IPK dan Asal PTN. Seseorang yang memiliki skore TPA tinggi disimpulkan memiliki Potensi Akademis tinggi dan sebaliknya;
- Dalam dunia Recruitment Pegawai, TPA biasanya dipakai pada seleksi awal / pendahuluan (tahap I) sesuai jenjang pendidikannya (umumnya kualifikasi sarjana) karena dengan pertimbangan sifat soal yang multiple choice/ pilihan ganda dan computer base akan mempercepat hasil penyaringan (terutama yang dibanjiri pelamar seperti BI, Pertamina, Depkeu-RI, BPK-RI, Total Ind, BRI, Beasiswa Sampoerna, Beasiswa Stuned, Beasiswa Bappenas, PU, dll). Selain itu bakat/ kemampuan akademis langsung dapat terlihat hasilnya dalam waktu relatif singkat;
- Materi dalam TPA terdiri dari Verbal, Kuantitaif dan Penalaran dengan waktu mengerjakan antara 1 Jam (LPTUI) s.d 3 jam (OTO-Bappenas); Jika ingin mendapatkan Panduan, Soal & Pembahasan TPA & CPNS kunjungi http://sukseskerja.com/?hal=tpa
Skor TPA Bappenas
Sesuai
namanya, tes potensi akademik (TPA) bertujuan untuk mengukur kemampuan akademik
peserta tes. TPA Bappenas terdiri dari 250 soal dengan waktu pengerjaan 3 jam.
Soal-soal tersebut terbagi menjadi tiga seksi, yaitu Tes Verbal, Tes Numerik,
dan Tes Penalaran Logika. Nilai TPA dihitung berdasarkan akumulasi dari ketiga
seksi tersebut.
Rentang
skor TPA yaitu:
200-800
Artinya,
skor terendah adalah 200 dan skor tertinggi adalah 800. Masing-masing seksi
mendapat skor 20-80.
Berikut
rumus menghitung skor TPA Bappenas.
Skor =
(Jumlah Benar / Total Soal) x 600 + 200
Sebagai
contoh, kamu bisa mengerjakan 70 soal benar dari 120 soal.
Skor =
(225/250) x 600 + 200 = 740
Mengapa harus tahu cara menghitung skor?
Setiap kali
kamu latihan, kamu dapat menghitung jumlah soal yang dijawab dengan benar. Kamu
dapat mengukur apakah kamu sudah mencapai batas target atau belum. Dengan
begitu, kamu dapat mempersiapkan diri dan terus meningkatkan nilai.
Batas Lulus Skor TPA
Bappenas
menetapkan rentang skor adalah 200-800. Namun batas nilai yang dibutuhkan untuk
lulus ditetapkan oleh lembaga yang mengadakan tes tersebut.
Rata-rata
skor yang dibutuhkan untuk S-2 adalah 450-500, sedangkan S-3 adalah 550-600.
Seseorang dengan skor 500 dianggap sudah memiliki kemampuan rata-rata.
Skor TPA dari
Bappenas berlaku sampai 2 tahun sejak tanggal tes. Skor ini tidak dapat
diperpanjang. Jika sudah habis masa berlakunya, kamu harus mengikuti tes
kembali.
Penggunaan TPA Bappenas di Indonesia
Secara umum TPA digunakan untuk menguji seseorang dan
mengetahui tingkat intelektualitasnya. Selain itu, juga mengukur kemampuan
dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.
- Digunakan Sebagai Penguji Calon Karyawan Swasta dan BUMN
Kebanyakan perusahaan besar membutuhkan SDM atau sumber daya
manusia yang memiliki kemampuan dan daya saing. Hal ini penting untuk memajukan
perusahaan guna meraih visi dan misi perusahaan.
- Digunakan untuk Mendapatkan Beasiswa Kuliah Magister
Tidak sedikit universitas yang menawarkan beasiswa dengan
syarat harus mengikuti tes terlebih dahulu. Salah satunya adalah TPA, karena
tingkat intelektual seorang calon mahasiswa sangatlah penting.